Tentunya, Influencer Marketing bukanlah suatu yang asing lagi bagi Anda. Ya, Influencer Marketing adalah salah satu cara pemasaran yang menggunakan orang yang pada umumnya terkenal, yang mempunyai pengikut yang bisa mereka pengaruhi. Bisnis di era digital ini membuat Influencer semakin berkembang, dengan berbagai macam sebutannya.
Di platform Instagram, sistem Influencer Marketing biasa disebut endorse, dimana brand-brand menawarkan produk mereka dan membayar Influencer untuk mempromosikannya lewat post/instastory.
Kegelisahan Pelaku Bisnis Pada Praktek Influencer Marketing
Kini, banyak praktisi bisnis mempertanyakan kembali keefektifan influencer marketing. Hal ini dikarenakan kemajuan digital dapat membantu influencer merombak jumlah likes hingga followers.
Tidak seperti dahulu saat influencer marketing didominasi oleh selebriti, dengan berkembangnya platform Instagram, semua orang dapat menjadi influencer. Selama laman Anda memiliki engangement (like, comment, share) yang tinggi, Anda dapat mudah mendapat tawaran endorse. Dengan ini, Anda resmi sudah dapat disebut sebagai influencer tingkat micro.
Tips menjadi influencer tersebar di internet, dan semua orang berlomba-lomba mengunggah konten yang menarik. Jasa beli followers hingga manajemen influencer dengan cepat tersebar.
Hal ini membuat para pelaku bisnis kadang kebingungan dalam mengevaluasi pilihan influencer mereka, yang kadang tidak menghasilkan konversi yang diharapkan.
Bahkan isu #InfluencerAreGross dan We Are Anti-Influencer tersebar beberapa bulan lalu. Hal ini ditimbulkan karena kasus influencer yang bersikap besar kepala padahal konversi tidak sesuai yang diharapkan. Pelaku bisnis mulai mempertanyakan, apakah Influencer Marketing masih efektif setelah melihat bahwa terkadang, influencer pada saat ini sulit ditelaah keefektifannya.
Baca juga: Keretakan Social Media Influencer di Dunia Marketing
Uji Keefektifan Influencer Marketing Anda Dengan 3 Tips Ini!
1. Bukan Jumlah, Tapi Persona
“Cari Influencer yang followersnya banyak!”
Bukan, bukan itu!
Ingat, followers banyak itu bukan tolak ukur influencer tersebut berkualitas.
Followers, like, comments, dapat direkayasa sedemikian rupa. Maka itu, kita sebagai perencana digital marketing harus benar-benar paham dalam mengkaji.
Jika Anda pernah mendengar persona, hal inilah yang betul-betul Anda harus ingat saat memilih influencer. Influencer kelak akan menjadi ambassador brand Anda, citra brand Anda. Tak jarang bukan Anda mendengar “Ini loh, yang dipakai Bunga Citra Lestari”, ya, betul. Seorang influencer akan terus terbawa ke dalam brand Anda.
Maka pilih sesuai persona dari brand Anda. Persona adalah sesuatu sifat, sikap, yang ingin kita tampilkan pada orang lain. Persona brand sendiri adalah bentuk manusia yang kita ingin cerminkan dari suatu produk. Menurut chabbyrawit.com, persona adalah seperangkat karakteristik manusia yang terkait dengan sebuah brand.
Contoh, produk shampoo antikuman. Siapa yang Anda bayangkan akan memakai shampoo ini? Ibu rumah tangga yang bersih, yang ingin menjaga keluarganya senantiasa bersih dan terlindung dari segala penyakit.
Pilihlah influencer berdasarkan persona yang anda ciptakan ini.
2. Bukan Kompetisi, Tapi Reputasi
Banyak fenomena dimana brand di industri yang sama saling berlomba-lomba menggunakan influencer dalam menggunakan kampanyenya.
Kadang, kesalahan suatu brand adalah mereka lupa memilih influencer berdasarkan reputasinya.
Mungkin saja influencer itu memiliki audience yang banyak. Tapi ternyata separuh dari audience adalah haters atau mereka yang tidak terlalu menyukai influencer tersebut.
Brand perlu mengkaji kembali influencer yang mereka pilih. Dengan memantau media sosial mereka, bagaimana sentimen mayoritas yang diberikan kepada influencer.
Influencer dengan reputasi yang baik akan memberikan sentimen baik pada produk kita pula. Jangan hanya melihat kompetitor yang memakai influencer tersebut. Ingat, persona yang kita gunakan mungkin beda dengan persona yang kompetitor gunakan.
Apa Itu Sentimen? Baca disini: Cara Efektif Membangun Reputasi Online Dalam Bisnis
3. Bukan Cepat, Tapi Tepat
Jangan memilih influencer berdasar kuantitas followers yang digiringnya, namun perhatikan baik-baik. Contoh, jika produk Anda adalah jasa sedia ponsel. Apakah cocok apabila memilih influencer hijab untuk promosikan produk Anda? Mungkin iya, tapi branding Anda tidak akan berlangsung lama. Branding cost yang Anda keluarkan akan hilang digiring oleh waktu karena pesan yang disampaikan tidak akan berbekas. Audience sang influencer hijab tidak membutuhkan produk Anda.
Anda membutuhkan influencer yang ahli di bidang yang sama dengan produk Anda. Jika memang influencer tersebut memiliki audience lebih sedikit, tak mengapa. Misal, pilihlah seorang influencer yang sering membahas tentang teknologi. Mungkin pengikutnya tidak lebih banyak daripada sang influencer hijab, tapi pesan yang diterima akan lebih longlasting dan menghasilkan pembelian yang loyal.