Apakah Anda ingat tanggal 3 Juli 2018? Ya, ini adalah hari ketika Kemenkominfo resmi memblokir TikTok di Indonesia. Namun, inilah hanya satu chapter dari cerita panjang aplikasi ini di Tanah Air. Mari selami lebih dalam perjalanan TikTok dan alasan mengapa aplikasi ini bisa menjadi fenomena sementara menimbulkan kontroversi.
Asal-Usul TikTok: Lagu dan Tari dalam 15 Detik
Pertama kali diluncurkan oleh ByteDance Inc dari China pada September 2016, TikTok bukan hanya aplikasi sembarang. Ini adalah platform di mana setiap orang bisa menjadi bintang dalam 15 detik. Anda bisa menyanyi, berdansa, atau bahkan memperkenalkan ide inovatif. Dan tentu saja, ada beragam efek video yang siap menaikkan level kreativitas Anda.
Kenapa TikTok Melebihi Pendahulunya?
Musical.ly mungkin lebih dulu ada, tapi TikTok memiliki satu elemen yang tidak dimiliki oleh pendahulunya: momentum. Tak ada momen besar yang lewat begitu saja. Piala Dunia? Hari Kemerdekaan? TikTok selalu ada dengan fitur-fitur terbaru yang sesuai dengan momen tersebut. Tak heran jika aplikasi ini menjadi viral dengan cepat.
Statistik dan Dampak Sosial: Lebih dari Sekadar Angka
150 juta. Itulah jumlah pengguna aktif harian TikTok di seluruh dunia. Tapi lebih dari angka, TikTok menjadi platform yang merangkul beragam demografi. Influencer dan tokoh publik pun tak ragu untuk bergabung. Ingat Mesut Ozil? Akunnya meraih 1,3 juta followers hanya dalam 10 hari!
TikTok di Indonesia: Pasar yang Tak Bisa Diabaikan
Menurut data, Indonesia adalah negara dengan jumlah pengguna internet terbesar keenam di dunia. ByteDance tahu betul ini. Oleh karena itu, sejak pertama kali memasuki pasar Indonesia, mereka telah melakukan strategi marketing yang cermat, termasuk bekerja sama dengan influencer dan tokoh publik ternama
Kontroversi dan Resolusi: Kembali dengan Tanggung Jawab
Namun, popularitas tak selalu membawa dampak positif. Kemenkominfo memblokir TikTok karena sejumlah alasan, termasuk konten negatif dan masalah usia minimum pengguna. Namun, ByteDance tanggap. Mereka bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk memastikan platform ini bisa dinikmati dengan aman dan bertanggung jawab.
Klarifikasi
Pihak TikTok pun dengan tanggap langsung merespon pemblokiran aplikasinya di Indonesia. CEO dari TikTok, yaitu Kelly Zhang, bersama timnya langsung datang ke Indonesia untuk menindaklanjuti pemblokiran aplikasi tersebut. Hal ini pun direspon positif oleh Rudiantara selaku pihak dari Kemenkominfo. Zhang menyanggupi persyaratan yang diajukan oleh pihak pemerintahan Indonesia, yaitu mengubah pengaturan umur menjadi minimal 16 tahun dan menghapus konten-konten negatif yang ada di dalam aplikasi tersebut.
Pihak TikTok sendiri kini sudah merekrut 20 orang pegawai baru yang bertugas untuk mengawal konten-konten yang dibuat di Indonesia. Bahkan, Zhang menjanjikan sampai akhir tahun 2018, pihaknya akan merekrut 200 orang pegawai yang akan mengawasi konten-konten di Indonesia.
Ke Depan: Kolaborasi dan Optimisme
Pemblokiran telah dicabut. Kini, TikTok lebih siap dari sebelumnya untuk menjadi bagian dari kehidupan digital masyarakat Indonesia. Dengan kolaborasi antara pemerintah dan developer, serta komitmen untuk terus mengawasi konten, masa depan TikTok di Indonesia tampaknya cerah.
Selain pemberitaan tentang kiprah aplikasi TikTok di Indonesia, kami pun melakukan pemantauan dan analisis khusus terkait isu tersebut. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan NoLimit ONM (Online News Monitoring), dengan jangka waktu pemantauan dari 29 Juni 2018 – 8 Juli 2018. Pemantauan ini dilakukan untuk menganalisis persebaran isu tentang TikTok di berbagai portal berita online di Indonesia. Berikut hasil analisis kami mengunakan NoLimit Dashboard.
Kesimpulan
TikTok adalah lebih dari sekadar aplikasi; ini adalah fenomena. Dari kontroversi hingga kolaborasi, aplikasi ini telah membuktikan bahwa ketika teknologi bertemu kreativitas, apa pun bisa terjadi.