Melalui Mata Sosial Media: Analisis Persepsi Masyarakat terhadap Kemeriahan Perayaan Ogoh-Ogoh di Denpasar

16
0

Source: IG Humas Pemerintahan Kota Denpasar

Setiap tahun, tepat sebelum perayaan Hari Raya Nyepi, pulau Bali menyambut salah satu peristiwa budaya paling mencolok: perayaan ogoh-ogoh. Sebagai bagian tak terpisahkan dari tradisi Nyepi, ogoh-ogoh menampilkan kreativitas dan keberanian masyarakat Bali dalam melawan kejahatan dan memulai tahun baru dengan kesucian.

Namun, di balik gemerlap lampu-lampu warna-warni dan derap tarian yang memukau, ada sebuah aspek modern yang semakin merasuk dalam kemeriahan tersebut yaitu sosial media. Platform-platform digital telah menjadi cermin bagi peristiwa-peristiwa budaya, dan perayaan ogoh-ogoh di tidak terkecuali Denpasar. Melalui lensa sosial media, kita dapat melihat betapa pentingnya peristiwa ini bagi masyarakat Bali, serta bagaimana wajahnya terpancar melalui ungkapan online.

Mari kita menjelajahi lebih dalam ke dalam kemeriahan ogoh-ogoh di Denpasar, tidak hanya melalui mata yang telanjang, tetapi juga melalui jendela digital yang memberikan perspektif yang lebih luas tentang bagaimana masyarakat menghargai dan merayakan warisan budaya yang begitu berharga ini.

Melalui analisis data sosial media pada Nolimit Dashboard, dapat diketahui bahwa perayaan ogoh-ogoh di Denpasar menciptakan kehebohan yang signifikan dalam percakapan online. Dalam sebulan terakhir, terdapat total 773 pembicaraan yang terkait dengan ogoh-ogoh. Puncak pembicaraan terjadi pada tanggal 18 Februari 2024, di mana penilaian ogoh-ogoh menjadi topik yang paling hangat diperbincangkan. Menariknya, platform Instagram menjadi tempat terbanyaknya pembicaraan, mencatatkan 490 pembicaraan yang mencerminkan dominasi platform ini dalam membangun narasi seputar perayaan budaya ini.

Analisis sentimen dari pembicaraan online juga memberikan gambaran yang menarik. Sebanyak 29% dari total pembicaraan menunjukkan sentimen positif, yang mayoritas memuji ogoh-ogoh yang dilombakan. Sementara itu, sebanyak 68% sentimen netral, yang kebanyakan berfungsi sebagai sumber informasi tentang ogoh-ogoh yang menarik perhatian mereka atau diskusi tentang ogoh-ogoh mana yang dianggap terbaik. Namun, terdapat juga 3% sentimen negatif yang menyuarakan ketidakpuasan terhadap kualitas ogoh-ogoh yang dianggap kurang bagus dan serupa dengan tahun-tahun sebelumnya. Dengan dominasi sentimen positif dan netral, bisa disimpulkan bahwa masyarakat sangat mengapresiasi perayaan ogoh-ogoh tahun ini.

Sebagai penutup, melalui analisis ini, kita memahami bahwa perayaan ogoh-ogoh bukan hanya sebuah tradisi lokal, tetapi juga fenomena sosial yang terus berkembang melalui pengaruh platform-platform digital. Dengan partisipasi aktif masyarakat dalam percakapan online, ogoh-ogoh menjadi lebih dari sekadar simbol tradisi; ia menjadi jendela yang memperkenalkan budaya Bali kepada dunia. Dengan terus memanfaatkan kekuatan sosial media, kita dapat memastikan bahwa warisan budaya ini tetap hidup, berlanjut, dan diperjuangkan untuk dikenal oleh generasi masa depan. Ogoh-ogoh bukan hanya tentang ritual, tetapi juga tentang ikatan yang tercipta di antara masyarakat, memperkuat identitas budaya, dan membuka pintu bagi keragaman yang lebih luas untuk dihargai dan dinikmati.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Newsletter

Jadilah bagian dari komunitas inspirasi kami! Bergabunglah dengan newsletter blog kami dan dapatkan konten menarik, tips bermanfaat, dan berbagai informasi terbaru.

Loading