Fakta-fakta Menarik Hari Raya Nyepi

319
0

Nyepi adalah salah satu hari suci umat Hindu yang dirayakan pada setiap Tahun Baru Saka, mengikuti sistem penanggalan orang Hindu Bali di pulau Bali dan Lombok. Tahun Baru Saka ini baru dimulai pada tahun 78 Masehi. Nyepi jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang dipercayai merupakan hari penyucian dewa-dewa yang berada di pusat samudera yang membawa intisari amerta air hidup.

Pengertian Nyepi

Secara bahasa, Nyepi berasal dari kata ‘sepi’ yang berarti sunyi atau senyap. Berbeda dengan perayaan tahun baru kebanyakan penanggalan lain, perayaan Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan melakukan ‘menyepi’.

Dengan ‘menyepi’, para pengikutnya melaksanakan catur brata penyepian atau tidak melakukan aktivitas seperti hari-hari biasa. Sehingga di Bali hampir semua kegiatan, termasuk pelayanan umum, ditiadakan. Hanya rumah sakit yang masih berjalan.

Sejarah Nyepi

Konon hari raya Nyepi tercipta berdasarkan kisah dari kita Weda yang menceritakan bahwa di awal tahun Masehi, negeri India dan wilayah sekitarnya digambarkan mengalami konflik sosial yang berkepanjangan.

Terjadi pertikaian antar suku bangsa. Gelombang perebutan kekuasaan antar suku-suku di sana mengakibatkan terombang-ambingnya kehidupan beragama di sana.

Dari pertikaian yang terus-menerus terjadi itu, akhirnya suku Saka, salah satu suku yang berseteru, memenangkan pertikaian tersebut di bawah kepemimpinan Raja Kaniskha I yang kemudian dinobatkan menjadi raja. Kepemimpinan Raja Kaniskha I berhasil menyatukan suku-suku yang selama ini terus berperang dan memiliki pemahaman keagamaan yang berbeda. Untuk memperingatinya, tercipta hari raya Nyepi.

Adat istiadat Nyepi

Dengan menyepi, seorang penganut Hindu memohon kepada Tuhan yang Maha Esa untuk menyucikan bhuana alit atau alam manusia dan bhuana agung atau alam semesta. Warga Hindu melaksanakan beberapa rangkaian upacara untuk memperingati hari suci ini.

Melasti

Dua atau tiga hari sebelum Nyepi, umat Hindu melakukan penyucian dengan melakukan upacara Melasti. Di hari tersebut, segala sarana persembahyangan yang ada di Pura diarak ke pantai atau danau. Umat Hindu mempercayai bahwa laut atau danau adalah sumber air suci atau tirta amerta yang bisa menyucikan segala kotor di dalam diri manusia dan alam.

Upacara Buta Yadnya dan Pengrupukan

Sehari sebelum Nyepi, umat Hindu melaksanakan upacara Buta Yadnya. Upacara ini diadakan untuk Sang Buta Raja, Buta Kala dan Batara Kala agar mereka tidak mengganggu umat. Masyarakat Hindu mempercayai bahwa Buta Kala akan menimbulkan penyakit, malapetaka, dan kematian.

Saat upacara ini, masyarakat Hindu dari segala kasta akan mengambil salah satu caru (semacam sesajen) berdasarkan kemampuannya.

Upacara Buta Yadnya masing-masing bernama Pañca Sata (kecil), Pañca Sanak (sedang), dan Tawur Agung (besar). Tawur atau Pecaruan sendiri merupakan penyucian atau pemarisuda Buta Kala, dan segala kekotoran diharapkan sirna semuanya.

Caru yang dilaksanakan di rumah masing-masing terdiri dari nasi manca (lima) warna berjumlah 9 tanding beserta dengan lauknya, seperti ayam brumbun yang disertai tetabuhan tuak atau arak.

Setelah melakukan upacara Buta Yadnya dan Mecaru, hal yang harus dilakukan adalah upacara Pengrupukan dengan cara menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul-mukul benda apa saja agar gaduh. Hal ini dilakukan untuk mengusir Buta Kala dari rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar. Di Bali, acara ini diramaikan dengan pawai ogoh-ogoh yang merupakan perwujudan Buta Kala yang diarak sebelum kemudian dibakar.

Puncak acara Nyepi

Pada hari-H atau pinanggal pisan, sasih Kedasa (tanggal 1 bulan ke-10), pada saat ini lah puncak acara Nyepi seperti yang kita banyak ketahui. Di hari ini, suasana Bali seperti mati. Tidak ada kesibukan aktivitas seperti biasa.

Di hari ini, umat Hindu melaksanakan Catur Brata Penyepian yang terdiri dari amati geni (tidak menggunakan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan). Bahkan apabila mampu, mereka juga melaksanakan tapa (latihan ketahanan menderita), brata (pengekangan hawa nafsu), yoga (menghubungkan jiwa dengan Tuhan), dan semadhi (manunggal kepada Tuhan untuk kesucian lahir batin).

Ngembak Geni

Rangkaian terakhir dari perayaan Tahun Baru Saka adalah hari Ngembak Geni yang jatuh pada tanggal dua bulan ke-sepuluh, sehari setelah puncak acara Nyepi. Di hari ini, umat Hindu melakukan Dharma Shanti dengan keluarga besar dan tetangga, mengucap syukur, dan saling memaafkan untuk memulai tahun baru dengan lembaran baru.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Newsletter

Jadilah bagian dari komunitas inspirasi kami! Bergabunglah dengan newsletter blog kami dan dapatkan konten menarik, tips bermanfaat, dan berbagai informasi terbaru.

Loading